Senin, 15 Maret 2010

Inspired by the backpackers


Kemarin-kemarin aku telah melahap habis 'Tetralogi Laskar Pelangi'nya Andrea Hirata, sastrawan muda ternama bangsa ini. Ke-empat buku itu memang mendebarkan dan masing-masing menyuguhkan keistimewaannya. 'Laskar Pelangi' menceritakan betapa pendidikan merupakan hal yang berharga karena kelangkaannya. 'Sang Pemimpi' menawarkan kita kekuatan dari berani bermimpi. 'Maryamah Karpov' membuktikan bahwa cinta bisa membuat kita melakukan hal-hal gila yang sebelumnya kita kira muskil diwujudkan. Dan 'Edensor', buku ke-tiga dari tetralogi itu, merekam perjalanan dua anak melayu kurus yang miskin menjelajahi Eropa sampai Afrika.
Ikal dan Arai ber-backpacking menyusuri megahnya Eropa, luasnya Rusia, dan eksotisnya Afrika. Mereka bertualang dengan mengandalkan kemampuan mereka menampilkan seni
manusia patung di jalanan. Tanpa kartu kredit, tanpa asuransi, benar-benar hanya menggatungkan pengeluaran dari mengamen seperti itu. Maka mereka makmur di negara-negara yang menjunjung tinggi seni, seperti Itali, Perancis, dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Tapi mereka bangkrut di negara-negara yang cita rasa seninya hambar seperti di Eropa Timur, Rusia, dan Afrika Utara.
Aku juga membaca sekilas buku The Story of Lonely Planet yang berkisah bagaimana pendiri percetakan Lonely Planet membesarkan usahanya melalui backpacking. Dan kini aku sedang mengikuti buku 'The Naked Traveller' karya Trinity tentang perjalanan backpacking seorang cewek Indonesia. Buku-buku tersebut tidak berbicara seputar pelancongan yang mewah di negara-negara yang banyak Mall nya atau seperti perjalanan wisata para pegawai negeri demi menghabiskan anggaran dana yang masih tersisa di akhir tahun dengan kedok 'Studi Banding'. Buku-buku itu berbicara soal para petualang yang gak betah berlama-lama di satu tempat dengan hanya bermodalkan tekad yang nekad mengarungi bola dunia ini, berkunjung ke negara-negara orang, berkomunikasi dengan berbagai macam bahasa, dan mencicipi kemegahan maupun kebobrokan budaya tiap bangsa.
Aku juga jadi terinspirasi. Sebenarnya dari kecil aku juga sering bermimpi bisa meniti tiap hektar bumi ini. Tapi aku ingin menjadi petualang yang tidak manja. Ingin merasakan putus asa saat tersesat di negeri asing. Ingin tahu rasanya diinterogasi di airport gara-gara disangka teroris. Ingin merasakan bermalam di stasiun kereta Eropa, dan ingin mengetahui pengalaman saat kita menjadi kaum minoritas di sebuah komunitas. Aku ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana yang namanya Homo Sapiens bisa berbeda-beda jalan hidupnya. Aku ingin menyimak bagaimana mereka berbeda pandang pada setiap masalah agar nantinya aku dapat memahami bahwa keanekaragaman merupakan hal mutlak dan seharusnya tak boleh menjadi masalah.
Tapi saat ini aku hanya baru bisa terinspirasi dan bermimpi karena backpacking bukanlah perkara main-main saja. Ini adalah proyek besar yang serius dengan persentase kemungkinan berhasilnya rendah. Belum lagi dari rencana-rencanan besar masa depanku, Pengusaha Muda, Musisi Ternama, atau Politikus Rupawan, agak sulit menyelipkan Backpacker Kere disana. Tapi InsyaAllah lah kalau ada niat pasti ada jalan. Yang penting saat ini selesaikan kuliah dan skripsi !

4 komentar:

Hakim Altiar mengatakan...

walah walah apa sih nja???

Uja Lejen mengatakan...

eh ini serius...

neno mengatakan...

ayooo ke amerika,,,saya akan berbackpacking kesana..tepatnya di minnesota..belokan ketiga dari pos hansip..yg ada patung jendral sudirwoman itu lohhhhhhh,,tak tunggu yaaaa bookkk

Uja Lejen mengatakan...

di jamu yah kLo dah nyampe