Minggu, 21 Maret 2010

Bersantai di Pantai


Bisa dibilang aku ini penggemar pantai. Siapa juga yang tak suka pantai? Orang mungkin akan tertawa karena mungkin aku jarang ke pantai tapi percayalah, itu semua bukan karena sok sibuk tapi lebih karena masalah financial. Beneran deh, cuma karena duit dikit jadi jarang ke pantai, ih..beneran sumpah. Masa gak percaya banget sih, emang aku segitu tampang kaya-nya apa sampai situ gak percaya gitu? (sewot…)
Aku paling seneng dengan pasir putih bersih disenggol-senggol ombak yang makin kesana makin tinggi saja gulungannya. Sering aku jadi sumringah dengan gradasi warna laut yang dari biru muda, turquoise, sampai makin dalam makin pekat birunya. Apalagi kalau langit lagi cerah-cerahnya dan dari kejauhan ada segerombolan burung-burung pantai terbang melintas dengan sombongnya, akan ajaib sekali momen itu. Pokoknya aku senang sekali bersantai di pantai dan yang paling ajaib tentu saja sunsetnya. Saat-saat mempersilahkan matahari mohon pamit itu benar-benar mendebarkan. Sunset di pantai yang terindah ya tentu saja sunsetnya pantai Kuta. Sewaktu KKL ke Bali kami (Alhamdulilah..) sempat mampir di pantai Kuta sore-sore. Saat teman-teman yang lain main air di laut, berbelanja, atau ngecengin bule, aku malah cuma duduk-duduk ngeliatin matahari tenggelam di laut dan tak ada yang nolongin. Kuta memang melegenda keindahannya cuma sayangnya memang agak sedikit kotor itu pantai, mungkin karena sudah menjadi tujuan wisata berskala internaisonal sejak dulu.

Kalau mau pantai yang agak sepi silahkan ke pantai Tiku di pesisir Sumatera Barat. Kalau bisa pakai motor kesana jadi bisa berburu pantai yang bener-bener sepi. Kita jadi bisa merasa seakan-akan ini pantai milik kita sendiri. Yang unik dari pantai di daerah Tiku, paling tidak menurutku, adalah pantai ini berpagarkan pohon pinus. Setahuku sih pantai di daerah tropis itu akrab dengan pohon-pohon kelapa. Sewaktu memasuki daerah pantai kami memang disambut sama kebun kelapa, tapi makin mendekati bibir pantai nongollah barisan pohon pinus yang tak habis-habis sejauh mata memandang. Pantai dan lautnya juga masih bersih karena memang tak seramai dan seterkenal Kuta. Disana kita juga bisa nontonin matahari tenggelam dan tak ada yang menolong sambil makan sate Pariaman yang gurih racikan ajo-ajo (penjual sate Padang).

Selain di Tiku, aku juga pernah nyaksiin sunset di pantai Padang. Indah memang tapi tak terlalu berkesan. Terlalu ramai mungkin sama warga kota yang juga mau menyambut malam minggu. Yang paling berkesan dari pantai-pantai di Sumbar adalah aroma asap sate Padang yang lalu-lalang di udara pantai. Baunya semerbak bikin perut terus saja keroncongan walau baru saja makan.
Pantai yang melegenda juga ada tak jauh dari pusat kota yakni Pantai Aia Manih (Air Manis). Kita langsung disambut dengan legenda Malin Kundang setiba disana. Disana teronggok bebatuan yang bila diperhatikan lebih seksama terlihat seperti sebuah kapal pecah lengkap dengan tali temalinya. Tak jauh dari kapal batu itu teronggok juga sebuah batu menyerupai manusia yang sedang bersujud. Kiranya itulah dia Malin Kundang si Anak Durhaka. Masyarakat sekitar percaya kalau itu adalah sisa-sisa kutukan terhadap Malin yang durhaka karena tak mau mengakui ibunya sendiri. Aku memang tak percaya 100% Cuma ya aku juga tak berusaha mencari tahu kebenaran dari batu-batu itu apa memang asli dari sananya atau cuma hasil pahatan untuk mendongkrak pariwisata. Tak pentinglah, itu malah cuma bikin rusak acara jalan-jalanku saja.
Aku yang waktu itu masih kecil dengan cueknya berjalan kebelakang si Malin dan menendang pantatnya lalu duduk-duduk diatas punggungnya. “Rasakan itu Malin ! Makanya jangan sembarangan sama orang tua ! Untung tak dikutuknya kau jadi jamban !!”
Belum lama ini aku juga merambah pantai Pelabuhan Ratu. Cuma berhubung pergi bersama keluarga jadi kurang leluasa, maunya sih sampai sore disitu sambil ngerujak. Yang paling dekat ya jelas pantai Ancol. Kesini sih cukup sering. Baik sama keluarga atau sama teman-teman. Pengen sih kesana sama pacar tapi kapan yah…??
Pantai yang juga lumayan asik dan deket dari Jakarta ya tak lain tak bukan, Pantai Anyer. Aku sempat juga kesana sambil mengunjungi rumah temanku di Cilegon. Lumayan serulah di Anyer, cuma sayangnya tak jadi naik banana boat gara-gara kelamaan kompromi.
Satu lagi pantai yang sebenarnya dekat tapi koq bisa-bisanya aku belum pernah kesana, yakni Pelabuhan Sunda Kelapa. Meski bukan berupa pantai pasir putih konvensional, aku penasaran sangat ingin lihat-lihat komplek pelabuhan dengan bangunan-bangunan tuanya yang bernilai sejarah tinggi serta kapal dan perahu-perahu di kampung nelayan.
Belum lama ini aku sama beberapa temanku, Neno dan Aki merencanakan buat jalan-jalan sekelas ke Pantai Pangandaran dengan Green Canyonya liburan nanti. Satu hal yang ingin aku lakukan disana adalah berenang di laut. Selama ini kalau ke pantai ya cuma duduk-duduk atau kalau pun ke lautnya cuma main air saja. Membosankan ! Semoga saja rencana ini dapat dukungan penuh dari teman-teman, amin !
Oiya, aku akhirnya selesai juga membaca Naked Traveler karya Trinity. Disana diceritakan dia pernah bertanya ke seorang Italia apakah pernah ke Indonesia. Si Italia bilang dia pernah selama dua minggu di Pulau Cubadak. Trinity pun sontak kaget. Koq bisa-bisanya ke Indonesia Cuma dua minggu tapi gak ke Bali atau Jakarta? Dia lalu mencari tahu pulau Cubadak yang terkenal di luar negeri tapi asing di negeri sendiri. Kiranya pulau itu ada di Sumatera Barat (lagi-lagi, hehe…). Eh tadi pagi aku nonton Celebrity On Vacation, si Thalita Latief lagi jalan-jalan ke Sumbar. Dia keliling-keliling Bukit Tinggi, Off Road-an di Ngarai Sianyok, nonton Pacu Jawi (balap sapi) di Batu Sangkar, dan leyeh-leyeh di Pulau Cubadak. Cukup naik speedboat dari pantai Carocok. Ternyata pantainya memang wah ! Masih sangat asri dan sepi. Cuma hanya ada beberapa bungalow saja selebihnya hutan perawan dan lautan tenang dengan ombak bersekala ringan. Indah, bersih, dan tenang. Jadi pengen juga kesana. Cuma sayangnya pemilik resor disana adalah orang Italia dan kebanyakan tamunya bule. Yang menyambut dari bibir pantai saja orang bule. Sudah bisa diprediksi pasti berbudget mahal akomodasi disana. Hupf…lagi-lagi masalah klasik, DUIT !!
Tadi pagi aku juga nonton Jelajah yang menampilkan sebuah pantai karang yang keren banget di Jogja. Aku lupa namanya. Disana banyak nelayan darat yang berburu lobster sama bulu babi waktu air laut surut. Harus kesana juga nih. Ada juga tebing-tebing karang menjulang mirip di pantai Tanah Lot. Aku juga pernah kesana lho waktu KKL. Tanah Lot selayaknya Kuta, keindahanya yang melegenda itu ternyata nyata. Waktu itu kami juga ber sunset ria sambil menyaksikan upacara agama Hindu di pura di atas batu karang.
Tapi untuk dalam waktu dekat ini sebaiknya berkonsentrasi dengan rencana besar ke Pangandaran dan Kayaking di Green Canyon. Aku sampai tak bisa tidur dibuat rencana itu. Hehehe..berlebihan memang.

Tidak ada komentar: