Minggu, 21 Maret 2010

Bercermin di Ancol


Hari telah larut senja di Ancol saat kami duduk-duduk berkumpul di atas jembatan kayu itu. Tadi sore kami berleyeh-leyeh di pantai yang bertaburkan pasir bangunan. Benar-benar bukan ide bagus untuk menguruk tepian laut dengan pasir kasar yang tak sedap dipandang itu hanya untuk memperluas pantai, yah sekali lagi memang untuk alasan ekonomis. Air laut pun ikut menghitam dibuatnya. Namun tetap saja dasar orang udik aku semangat untuk salto dalam air (berhubung tak bisa salto di luar air..).
Aku dan teman-teman sekelas senang sekali mengamalkan salah satu ajaran kaum hedonis, jalan-jalan. Kami yang bermotor ke kampus membentuk kumpulan tak formal yang selalu mengagendakan traveling dalam kota dadakan. Beberapa dari manusia-manusia itu menamai perkumpulan ini, The Compromers. Nama itu kami ambil saat baru bertemu Engglish Grammar class, makanya bahasanya bisa kacau begitu (harusnya 'The Compromisers' kan...?). kenapa The Compromers? Jelas karena sering bahkan di detik kami menyalakan mesin motor kami masih tak tahu mau kemana. Akan lebih lama waktu yang dipakai untuk berkompromi menentukan tujuan dari pada perjalanannya itu sendiri. Padahal semuanya seakaan terlihat sudah siap. Seorang dosen lupa untuk mengabari ketidakhadirannya dan kami sekelas jadi terbengkalai di kampus. Tak rela diperlakukan seperti itu kami memutuskan untuk jalan-jalan. Motor-motor sudah siap dan uang saku sudah bisa dibilang cukup. Hanya saja kami belum tahu mau kemana. Setengah jam berlalu dan kami mungkin masih berdebat perihal tujuan perjalanan untuk hari itu. Satu jam terlewat dan masih belum keluar keputusan. Dua jam sudah tak terasa dan beberapa dari kami ada yang ijin kebelakang mau pipis. Dan akhirnya diputuskan kami hanya akan mengikuti kemana kaki melangkah dan setang motor berbelok.
Kali ini kami jalan-jalan ke Pantai Ancol. Pantainya saja dulu, Dufannya bisa menyusul kalau kantong mengizinkan. Tak banyak yang dapat dilakukan disana. Kami hanya leyeh-leyeh, makan rujak, main air (bukan berenang), fata-foto, pijat refleksi, dan shalat lima waktu.
Matahari sudah permisi pulang dan angin laut dari daratan mulai bertiup-tiup aggressive. Kami makin kedinginan dengan baju basah yang melekat karna main air sore tadi di laut. Ini juga akibat fatal jalan-jalan dadakan, masa iya tidak bawa baju ganti ke pantai? Sama saja seperti shalat pakai celana pendek.
Entah ide siapa sehingga kami saling menulis pendapat pribadi tentang semua teman kami yang ada saat itu. Pendapat-pendapat itu ditulis di kertas selembar, ehm…robekan kertas tepatnya dan inilah yang aku dapat…

Uja itu…

Menurut si A
• Pendiem
• Gila kadang-kadang
• Weird
• Suka tercium bau-bau aneh dari badannya he…he…
• Tatapan matanya tajam (Menusuk Gw !!)
• Senyumnya manis banget
• Cool, good listener
• Baek, sometime nyebelin (SMS gw bales napa! Gw nunggu tau !!)

Menurut si B
• Sumber awet muda gw !! Gila !
• LO punya stok banyolan berapa banyak !!
• Kalo gw bete, tinggal deket-deket Lo, gw Hepi…badut ! he !
• Jangan ngebut yah…
• Yang gw suka dari lo..waktu lo bela-belain ke Ciledug..lumayan usaha…
• Keep caio !

Menurut si C
• Bae
• Luchu ?
• Punya sesuatu yang besar dibalik senyumnya
• Kalo bawa motor ati-ati ya…
• Lumayan modis walaupun sedikit anak mami

Menurut si D
• Seseorang yang kurang pendiriannya
• Untuk nolong orang masih menghitung utung rugi
• Namun, penuh tanggung jawab
• That’s all

Menurut si E
Ja sebenarnya gw iri sama Lw, coz Lw tuh keliatan gak punya masalah & selalu happy. Lw orangnya…bae, cupu, smart, & always happy, dah segitu aja

Menurut si F
• Kocak
• Gila (dalam arti yang sebenarnya)
• Menyenangkan
• Jail
• Gak jelas & senang bgt nyebut dirinya ganteng (???)
• Tp dibalik itu semua, dy punya masalah yang beratz deh tapi dy gak mo sharing…
• Mudah-mudahan bisa berubah..

Mereka dinamai A,B,C,..dan seterusnya bukan karena orang tuannya tak kreatif menamai anak, tapi karena memang demi menjaga pemilu yang jurdil, kami merahasiakan nama-nama yang memberi pendapat. Yah, walaupun aku bisa saja tebak-tebak buah manggis siapa kiranya yang menulis ini dan yang menulis itu, diterka dari tulisantangannya. Tapi bukan itu yang terpenting. Pendapat-pendapat ini bagaikan cermin buat ku. Aku jadi tahu ternyata begini aku ditengah-tengah mereka karena memang kadang kita berniat lain tapi keluarnya lain atau ditangkap lain oleh orang.
Lucu-lucu pendapat mereka tentang diriku. Ada yang nyindir, kritik pedas, gertak sambal, kurang asin, atau asem manis. Ada yang main fisik bahkan ada yang terang-terangan ngajak berantem…hehe, ya gak ada lah. Seru!. Dan ternyata aku ini dianggap gila dan menyenangkan. Yang negative ada juga. Dianggap pendiem dan tertutup, tak mau cerita-cerita kalau ada masalah.ehm…ada juga yang bilang ‘cupu’. Waduh Ki, itu mah memang bawaan dari lahir. Sekali culun yah tetap culun. Tak bisa dibasuh-basuh…
Tapi itu pendapat-pendapat mereka di awal-awal masa kuliah. Kira-kira sekarang begaimana yah pendapat kalian tentang saya? Pasti sudah banyak yang berubah pikiran yah karena makin lama makin ketahuan belangnya (Memangnya saya bangsa harimau punya belang??). Walau pulangnya aku digigitin nyamuk pelabuhan yang segede tawon dan bentolnya baru hilang setelah dibalsemin seminggu, aku saat itu senang sekali mendapat teman-teman baru karena sudah agak bosan main dengan teman-teman lama yang dari SMA. Hehehe…PISS !

4 komentar:

neno mengatakan...

sok imut kata ganti orang pertama...AKU???????? alamak,,jijik ihh..hahhaha

Uja Lejen mengatakan...

Menurut Ejaan Yang Disempurnakan memang harus 'Aku". Kalau 'Saya' nanti dibilang terlalu formal. Kalau 'Ghuwe' terdengar seperti main-main saja rasanya... Kalu 'Eke' nanti kejantanan saya bisa dipertanyakan...

Nengayuu mengatakan...

sekarang uja tambah ga keurus, mbok yah udah punya pacar ngurus diri mase..

Uja Lejen mengatakan...

hehehe..
biar gak ke-urus tapi gak tambah kurus kan??