Seorang kawan bertanya padaku-walau lebih terdengar seperti mengkritik, atau menyindir-"kenapa di Sumatera koq jarang ada tempat-tempat yang asyik buat dikunjungi? Paling danau Toba doang, di TV aja jarang diliput spot-spot pariwisatanya."
Walau aku ini nasionalis, darah chauvinis yang mendidih-didih juga dipompa jantung dalam tubuhku. Mendengarnya aku jadi gerah. Tapi tentu saja pertanyaan setengah menjatuhkan ini tak bisa ditanggapi dengan marah-marah. It won't help. Harus dengan pembuktian.
Harus diakui bahwa bisnis pariwisata di Sumatera tidaklah semaju di Jawa. Dua hal alasannya: Pertama, orang Melayu memang agak gagap pariwisata. Karena inti dari pariwisata adalah pelayanan penduduk setempat pada pendatang. Orang Melayu agak sulit melayani orang lain. Watak kami, watak majikan, jadi maaf-maaf ya..
Kedua, di era pemerintahan terpusat dulu, walau Sumatera banyak memberi pemasukan buat kantong pemerintah dari segi perkebunan dan tambang, namun kembalinya ke tanah kami dari Jakarta sangat sedikit. Di segi pariwisata, pemerintah lebih tertarik membangun Bali dan Jawa. Mungkin presiden waktu itu inginnya membangun kampungnya saja..
Kenapa TV jarang meliput Sumatera? Ehm.. aku rasa itu sih kawanku saja yang jarang nonton TV. Wong, aku sering mendapati tempat-tempat keren di Sumatera diliput di TV seperti dalam acara-acara dokumenter alam dan petualangan di TV 7 dan Trans TV. Mungkin memang tak sebanyak liputan tentang Jawa, Bali, dan Lombok, tapi aku rasa itu lebih ke masalah dana. Tentu program ke Sumatera atau pulau lain menelan biaya lebih banyak dari pada liputan di Jawa, kan? Kalau kawan pernah menjelajahi Sumatera, aku yakin kawan akan setuju bila dikatakan pulau itu memiliki banyak potensi alam untuk dijadikan spot-spot pariwisata. Disini aku akan uraikan beberapa tempat menarik yang berpotensi wisata atau yang memang sudah jadi tempat pariwisata sejak dulu di tanah Melayu, Sumatera.
Dari Merak, menyeberanglah kawan via kapal fery ke pintu gerbang paling ujung di Sumatera, Bakauheni. Kawan bisa berbelok dari Kalianda ke barat menuju pantai. Pantai disana lumayan oke, yah standar pantai wisata lah. Kelebihannya adalah dari sana anda dapat menikmati pemandangan Anak Krakatau, keturunan Gunung Krakatau yang agung itu, yang meletus hebat tahun 1883. Konon debu letusannya sampai menghalangi sinar matahari. Selama dua hari dua malam lebih, bumi gelap gulita.
Tapi di Lampung ini, Way Kambas lah primadonanya. Ekosistem dataran rendah ini mengkoleksi ketapang, cemara laut, dan meranti dari dunia tumbuh-tumbuhan. Dari kerajaan hewan, dikoleksi pula badak, gajah, harimau, tapir, siamang, bangau sandang lawe, bangau tong-tong, sempidan biru, kuau, pecuk ular, sampai bebek hutan. Ada juga berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta. Semua orang juga tahu, yang namanya Way Kambas itu adalah pusat pelatihan gajah di Indonesia. Sejak berdiriannya tahun 1985, sekitar 300 ekor gajah sudah dijinakkan dan dilatih. Kalau dari pantai Kawan mampir ke Bandar Lampung, melengganglah ke Way Kambas, 112 km, dua jam perjalanan mobil.
Masih ingin menjelajahi hutan? Sumatera masih punya Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman ini membentang di empat provinsi; Sumbar, Jambi, Bengkulu, dan Sumsel. Koleksinya pun lebih kaya. Di Taman ini tersimpan 4000 jenis tanaman dan tuan rumahnya tentu saja, si bunga bangkai dan Raflesia Arnoldi yang legendaris. Selain mamalia raksasa yang Kawan temukan di Way Kambas, disini juga bermukim macan dahan, harimau loreng, katak tanduk, wau-wau hitam, simpai, dan kucing emas yang terancam punah. Di Taman Nasional Kerinci Anda bisa menikmati Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau air tawar tertinggi letaknya di Asia dan safari ria di padang penggembalaan, rumah dari mamalia-mamalia besar; gajah, badak, tapir, rusa, dan harimau. Ada juga air terjun, goa-goa dengan stalaktit dan stalakmitnya, pancuran air panas, dan kebudayaan serta upacara-upacara adat penduduk setempat seperti suku Kubu atau Anak Dalam yang terpencil di dalam rimba, dan sangat tradisionil. Namun tentu saja buat para penahluk gunung, Gunung Kerinci yang menjulang setinggi 3.805 m diatas permukaan air laut, yang tak lain adalah gunung api aktif tertinggi di tanah Sumatera inilah maskotnya, pasti sangat menggoda bukan?
Jangan lupa mampirlah ke kampungnya mpek-mpek, kota Palembang yang indah dan nikmati salah satu sungai terpanjang alirannya di negeri ini, Sungai Musi. Pada sore sampai malam hari, kecaplah indahnya sunset yang disambut kerlap kerlip lampu malam di jembatan Ampera yang menjembatani Palembang ilir dan ulu, yang dibelah oleh Musi dengan panjang 750 km ini.
Masih di Sumatera Selatan, di kabupaten Lahat tepatnya, bercokol sebuah bukit yang puncaknya terlihat seperti ibu jari mengacung dari kepalan tangan. Warga setempat menyebutnya bukit Salero. Bukit unik ini biasa dijamah oleh para pemanjat tebing dari universitas-universitas se-Indonesia.
Kalau Kawan menyeberangi selat ke arah timur Sumsel, berlabuhlah di Bangka Belitung. Sejak diputarnya filem Laskar Pelangi, kepulauan ini makin terkenal dan makin banyak dikunjungi, karena memang indah kenyataanya. Kini Pulau Belitong juga dikenal sebagai Negeri Laskar Pekangi. Pantai -pantainya memiliki batu-batu granit yang besar berserakan sekenanya diatas pasir putih bersih yang ditingkahi ombak-ombak malas dari air laut yang biru jernih.
Ada lagi kepulauan dengan pantai indah di pantai timur Sumatera, Batam contohnya. Disini bahkan banyak spot-spot yang seru buat para penyelam. Tapi tetap saja kalau ke Batam, belanjalah temanya, karena disini banyak barang murah berkualitas dari Singapura.
Namun pantai-pantai di tepi barat Sumatera juga tak kalah hebat seperti Pantai Carocok. 60 km jaraknya dari kota Padang, Rp 2000,- tiket masuknya, maka silahkan nikmati jembatan apung yang dibuat dari kayu menjorok ke tengah laut dan salah satunya menuju ke Pulau Kereta. Pada tiap persimpangan jembatan ada gazebo tempat bersantai. Untuk mencapai pulau, pengunjung tinggal berjalan melintas laut, kira-kira 100 meter dari bibir pantai. Pulau Kereta menawarkan nuansa keindahan batu-batu laut dan karang laut.
Selain suku Anak Dalam di Jambi itu, para antropolog observers selalu tertantang untuk mendalami kepulauan Mentawai di seberang pesisir Sumatera Barat. Orang-orang proto-Melayu ini menato sekujur tubuh untuk menunjukan status dan perannya dalam komunitas.
Bila kembali ke pulau utama, mampirlah ke Paris van Sumatera, Bukit Tinggi. Kota yang lebih terlihat seperti sebuah taman yang luas ini dikenal lewat landmarknya, Jam Gadang. Di Bukit Tinggi yang pernah sempat menjadi ibu kota Indonesia sementara ini terdapat margasatwa, Jembatan Limpapeh yang mengangkangi Kampung Cina, Tangga Seribu dan Tangga Empat Puluh yang menghubungkan Pasar Atas dan Pasar Bawah, Benteng Fort de Kock, dan Taman Panorama; Titik untuk mengamati keindahan Lembah Sianok, sebuah ngarai yang menakjubkan sepertihalnya Lembah Harau. Di taman ini juga terdapat Lubang Jepang, yakni jaringan terowongan yang membentang meronggangi bawah tanah Bukit Tinggi. Kota ini adalah tanah kelahiran wakil presiden pertama kita, Bung Hatta. Kenangan akan pahlawan proklamator ini masih tersimpan dalam rumah, pustaka, monumen, dan istana beliau.
Bila Kawan masih ingin melanjutkan penjelajahan ini, mampirlah ke kampung kami, dekat dari Bukit Tinggi, di tepi Danau Maninjau. Danau vulkanik ini, sungguh Kawan, memiliki panorama tak terkira indahnya. Anda bisa mengelilinginya dengan sepeda motor, seharian saja, atau mendaki kelok 44 dan menikmati genangan luas ini dari ketinggian di Embun Pagi atau Puncak Lawang. Jangan sebut diri Anda seorang paraglider sejati kalau belum terjun dari Puncak Lawang dan turun mengapung-apung sampai Bayur di tepi danau. Sudahlah, datang saja dulu, maka Kawan tak akan menuduh ku pembohong setelah terkagum-kagum sendiri dengan cerminan yang luas ini.
Sumatera memang pulau seribu danau di Indonesia, selain Maninjau, ada juga Singkarak, Danau Atas, Danau Bawah, dan, kawan sudah barang tentu kenal, Danau Toba yang besar. Bagiku pribadi, danau ini adalah salah satu keajaiban dunia yang menari-nari di depan mata kita orang Indonesia. Saking luasnya danau ini jadi terlihat seperti laut dengan pulau Samosir yang bercokol di tengahnya. Kalau Kalian ingin bertandang kesana, ikutlah aku sekalian. Aku juga belum pernah. Pasti seru menikmati keindahan alam disana sekaligus mempelajari kebudayaan tradisional Batak.
Buat para pemberani, silahkan lanjutkan perjalanan sampai Serambi Mekah, Aceh. Perseteruan GAM dan TNI , dan tsunami sedikit banyak membuat terhambatnya perkembangan pariwisata di provinsi ini. Semenjak perdamaian yang telah tercipta, geliat pembangunan mulai terasa disana. Mari kita berdayakan provinsi Aceh Darus Salam ini, terutama titik-titik yang berpotensi wisata karena aku yakin Aceh juga hebat alam dan kebudayaannya, hanya saja kurang eksplorasi.
Selayang pandang di Sumatera telah kita lalui. Aku bukannya ingin berlagak-lagak Kawan, hanya ingin memperkenalkan bahwa Indonesia ini luas, bukan cuma Jawa Bali saja. Memang kita harus kelilingi dunia, tapi malu rasanya kan bila kita tak mengenal negeri sendiri. Maka dengan kerendahan hati, dengan lagak seperti penyuluh dari National Geography community, aku mengajak pada kawan-kawan sekalian;
Enjoy your planet and let’s get lost !