Jumat, 16 Juli 2010

Belajar Hidup


Mario Teguh, Motivator kondang yang humoris itu, pernah sekali berkata "Tak perlu mahir dulu untuk menjalani sebuah jabatan. Lakukan saja dan belajarlah saat menjalankannya." Tentu saja kalimat itu benar tapi tentu tak cocok diterapkan oleh para calon pilot. Mereka harus mahir dulu baru boleh menerbangkan pesawat kalau tidak, bisa kacau nanti.

Begitu juga hidup. Anda pikir ada manusia yang langsung mahir untuk hidup dulu baru diturunkan ke dunia? Tak ada. Semua orang terlahir sebagai bayi yang lemah dan bodoh. Kita belajar tentang kehidupan dan bagaimana untuk hidup langsung sambil menjalani kehidupan itu sendiri.

Aku sendiri merasa belum siap untuk diterjunkan ke dunia. Aku pun takut tak akan pernah siap. Hidup ini terlalu keras pada ku dan keadilan terasa bagaikan hanyalah fatamorgana. Aku merasa tak mendapatkan apa yang orang-orang lain dapatkan. Kelemahanku memang, jarang melihat ke bawah. Aku hanya sering melihat ke atas namun aku tetap tak rela.

Aku berusaha untuk menjalani hidup seperti sebagaimana seharusnya. Aku ingin mendisiplinkan diri dan tak banyak mengeluh. Namun ternyata itu sulit sekali. Hidup tak pernah mudah untuk ku. Sering sekali aku terjatuh, lalai, lupa, muak, dan dikuasai rasa malas dan kebosanan. Tiap kali aku gagal dan terjatuh, aku berjanji lagi untuk hidup lebih baik. Ku tunggu momentum yang terbaik untuk memulai namun tak lama kemudian aku terjatuh lagi. Aku merasa belum juga memulai hidupku yang sesungguhnya. Dua Puluh tahun lebih sudah ku lalui terasa sia-sia. Aku merasa belum melakukan apa-apa. Dua puluh tahun lebih sudah dan aku masih baru belajar untuk hidup dan mencari tahu untuk apa aku hidup. Naif memang bila aku merasa sendirian karena semua orang di usia ini juga mengalami hal yang sama, mencari jati diri dan mencari tahu apa yang akan dilakukan di kehidupannya ke depan. Tapi aku tetap merasa sendirian. Aku merasa orang-orang sudah memulai kehidupannya dan aku masih berdiri di belakang terpukau dengan kemajuan mereka.

Setelah ku renungkan, kenapa aku seperti ini? Mario Teguh menyadarkan aku bahwa tak perlu menunggu mahir dulu untuk hidup. Jalani saja hidup dan belajarlah di dalamnya karena salah satu esensi kehidupan sesungguhnya adalah belajar. Nabi Muhammad SAW yang sangat inspiratif itu pernah berkata "Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat", termasuk juga belajar untuk hidup. Kita harus terus belajar tanpa henti sepanjang hidup ini. Kita tak akan pernah mahir sempurna dalam hal menjalani kehidupan meski kita sudah berumur 40-an di masa-masa mapan. Kita akan selalu terjatuh, selalu salah dan gagal karena kita memang tak akan pernah berubah banyak dari keadaan saat kita terlahir, lemah dan bodoh. Hidup sudah dimulai dari tangisan pertama kita. Memang hidup yang kita lalui sering tak sesuai dengan harapan dan tak memuaskan. Namun itulah hidup. Jadikan masa lalu pelajaran berharga bukan jadi penyesalan sehingga kita merasa sia-sia melanjutkan kehidupan selanjutnya. Lakukan saja yang terbaik, saat ini, di tempat kita berdiri. Tautkan cita-cita dan mimpi-mimpi tertinggi yang bisa kita impikan dan bersiaplah untuk terjatuh kembali. Tapi selalu ingatlah untuk bangkit lagi setiap kali terjatuh dan jangan mengulur-ngulur waktu, jangan menunggu momentum terbaik sehingga kita menunda untuk bangkit kembali. Waktu itu sangat berharga, modal utama kita yang takkan tergantikan maka tiap detik dan tiap helaan nafas kita adalah momentum terbaik yang kita miliki.

Seperti kata Bapak Mario, Kemenangan dan Kekalahan adalah bagaikan dua sisi mata uang. Bila kita menjauhi kekalahan, itu berarti kita menjauhi kemenangan. Pepatah terkenal berbunyi "kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda". Kegagalan merupakan proses menuju kemenangan dan sekali engkau berhasil menang, itu sudah cukup mengganti seribu kegagalanmu. Jangan takut pada kegagalan karena tak akan pernah ada orang yang meneguk nikmatnya surga tanpa merasakan pedihnya kematian.

Saat aku terbangun pagi ini, aku menyimak lagu d'Masiv yang berjudul "Jangan Menyerah". Judulnya, liriknya, video klipnya, nada dan melodi lagunya, serta bandnya itu sendiri sangat inspiratif. Aku tersadar bahwa semua manusia sama, tak ada yang terlahir sempurna dan semua mendapatkan cobaan yang sangat berat sehingga kadang membuat kita terjatuh begitu dalam, begitu putus asa, dan membuat kita merasa seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Kita kadang jadi malas melanjutkan hidup dan tak bergairah menjalaninya. Seorang kawan, Bernand, dalam "kesan dan pesan" di buku tahunan pernah menyentil orang-orang seperti aku. Ia berkata "Ada orang yang hidup karena ia memang ingin hidup, ada juga orang-orang yang hidup hanya karena ia belum bisa mati." Meski aku tak respect sama orang angkuh itu, namun kata-katanya begitu ku ingat hingga kini. Aku tak ingin jadi orang yang hidup karena dipermainkan takdir atau nasib. Aku tak ingin hidup hanya karena aku belum bisa mati. Aku tak ingin hidupku hanya berisi penantian kematian. Aku ingin menahlukkan kehidupan dan benar-benar menyentuh mimpi-mimpi yang ku gantungkan di bintang-bintang yang berserakan di langit nun jauh disana. Kehidupan ini adalah anugerah yang didapatkan karena memang aku ingin hidup. Harus syukuri hidup ini dengan segala apa yang aku punya. Berangkat dari apa yang ada, di tempat aku berdiri saat itu juga tanpa menunda-nunda, akan ku lakukan yang terbaik dalam menjalani hidup ini. Aku pun harus bersabar dan menjadi orang yang tak kenal putus asa agar aku berhak atas petunjuk Tuhan. Bantu aku Allah.


Jangan Menyerah..
Jangan Menyerah..
Jangan Menyerah..

Tidak ada komentar: