Minggu, 18 April 2010

Jangan Main Tulis Saja

Salah seorang kawan menyarankan bahwa dalam sebuah blog itu harus ada perkenalannya dulu, jangan main tulis saja seperti yang sudah ku lakukan. Baiklah, kita mulai dari perkenalan diri saya.

Nama saya…ehm, nanti juga kalian tahu.

Tempat tanggal lahir,…sudah lupa.

Umur,…ah tak penting lah.

Alamat,…ada lah pokoknya.

Status,…itu bukan urusan kalian !!

Berat dan tinggi,…kurang ajar betul ! Itu privasi saya, ada urusan apa tanya-tanya??

Oke, perkenalan diri selesai. Eh, tunggu ! Pekerjaan ! Hehe..iya aku hampir lupa. Aku saat ini masih berpangkat mahasiswa di sebuah Universitas Negeri di Jakarta.

Terus apa lagi? Oya, kesukaan !! Warna kesukaan, apa saja ! Karena aku ini berkulit putih langsat jadi cocok saja dengan warna apa pun juga. Hahaha…

Makanan kesukaan…meminjam istilah Trinity, bagi saya hanya ada dua jenis makanan: makanan enak, dan makanan enak sekali !! Tapi saya sangat doyan soto betawi terutama Soto Jakarta yang di Rawamangun itu lho. Boleh kalau pada mau traktir.

Hal yang paling disukai, ehm…mungkin dari hal yang paling dibenci dulu kali yah. Aku paling benci sama anak yang durhaka sama orang tua. Sering ngebantah atau bahkan membentak orangtuanya sendiri. Kerjaannya marah-marah terus seakan-akan apa yang telah dilakukan orangtua padanya tak pernah cukup. Seakan-akan dia sudah bisa membalas jasa mereka. Seakan-akan dia telah menumpuk emas setinggi gunung untuk ayahnya dan telah menggendong ibunya, jalan kaki sampai Mekah agar si ibu bisa naik haji. Seakan-akan ayah dan ibunya mengganggu saja kerjanya.

Walau aku dulu bandel sama orangtua, tapi seiring tumbuh dewasa aku makin jarang minta ini itu. Tak pernah intonasi suara lebih tinggi bila berhadapan dengan mereka. Tak pernah menggunakan kata ganti ‘aku, ‘saya’, atau malah ‘gue’ sama orang tua. Selalu patuh dan tak pernah membantah petuah dan perintah mereka. Selalu bersikap sesuai tuntunan agama, pancasila, dan dasasila pramuka. Tapi saat Mama telah tiada dan Papa pindah ke pulau seberang, aku selalu menyesali kurangnya baktiku pada mereka. Selalu merindukan saat-saat bersama mereka. Jadi kawan, aku harap jangan kalian sia-siakan orangtua mu dan saat-saat indah bersama mereka. Karena orang-orang yang kita cintai baru akan terasa sangat berarti saat mereka telah pergi. Jangan sampai kalian baru menyesal saat mereka tiada, atau malah kalian duluan yang tiada. Karena setiap kebersamaan akan selalu diakhiri dengan perpisahan.

Hal yang paling aku sukai…yah kehidupan ini dengan segala dinamika dan warna-warninya. Menurut ku, dunia yang fana ini lebih menarik dari pada surga, mau tahu kenapa? Karena di dunia ini kita merasakan bahagia dan sedih, manis dan pahit, tenang dan takut. Di dunia ini lah kita mencintai dan dicintai dengan tulus. Dan bagian yang paling menarik dari kehidupan adalah perjuangan. Aku kurang tertarik dengan kehidupan yang tahu-tahu bahagia dan mapan di awal. Ujug-ujug kaya tanpa perjuangan. Aku bersyukur merasakan pedihnya dihina karena tak berpunya, wan prestasi, dan tak rupawan. Mengalami jatuh bangun, berkali-kali salah dan gagal. Menjadi pecundang diantara gerombolan pecundang tidaklah menarik. Tapi menjadi si miskin diantara mereka yang menengah ke atas, itu baru menantang. Dipandang sebelah mata membuat aku penasaran ingin berhasil. Dan andaikan nanti semua impian terwujud, saat bahkan kedua mata mereka tak cukup untuk takjub padaku, aku akan dengan senang hati mengecap manisnya kemenangan. Ini bukan dendam, tapi pembuktian. Karena itulah esensi dari hidup, yakni perjuangan.

Pada hakikatnya hidup setiap manusia itu sangatlah menarik dan layak dituangkan dalam novel-novel atau filem seperti tetralogi Laskar Pelangi. . Di zaman internet seperti sekarang, orang-orang bahkan dengan mudah menceritakan pengalaman kesehariannya di blog seperti yang dilakukan Raditya Dika dan Trinity. Dasar latah, aku jadi ikut-ikutan membual dalam diary elektronik semacam ini. Beberapa teman sudah membaca-baca blog ku. Ada yang bilang konsep dari blog ini adalah ide bagus. Ada yang memuji gaya penulisan ku yang baku namun mengalir dengan indahnya. Dia bahkan bilang kalau aku ini berbakat jadi penulis lho. Hehe… Ada juga yang mengkritik bahwa tulisannya kebanyakan, jadi males bacanya. Ada yang mengkritisi kata ganti ‘aku’ yang digunakan. Ehm…menurutku itu yang paling pas. Kalau ‘saya’, terlalu formal. Kalau ‘gue’, terlalu informal. Kalau ‘Eke’ nanti disangaka transgender. ‘Aku’ lebih terdengar akrab dan sangat sastra. Dan kenapa bahasa yang ku pakai terkesan baku, yah karena aku ingin menyelamatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pada akhirnya aku ucapkan banyak terima kasih sudah rela membaca blog ku yang masih sedikit ini. Semoga anda-anda tidak bosan untuk terus membacanya, dan tidak menyesal telah membuang-buang waktunya menyimak bualan-bualan dari Sang Pembual.

Tidak ada komentar: