Rabu, 16 Juni 2010

seSumbar


Kita orang sudah pernah aku ajak jalan-jalan keliling Sumatera toh? Nah, bagaimana kalau Kawan aku ajak keliling Sumatera Barat dalam blog kali ini biar lain waktu Kawan berkenan menabung gaji tiap bulan dan jatah cuti setahunnya untuk menjamah ranah Minang Kabau. Mau yah? Sudah mau sajalah…
Banyak akses menuju Sumbar dari Jakarta, bisa lewat kapal laut, bisa via bus AKAP yang markas besarnya di terminal Rawamangun sana. Kalau Kawan ke terminal itu lalu ke bagian loket antar kota antar provinsi, sejenak Kawan akan merasa seperti sedang di Padang, karena disana orang-orang banyak berbahasa Minang. Para calo tiket dan pembeli bertransaksi seolah mereka sedang di kampungnya saja.
Yang paling nyaman tentu saja terbang dengan pesawat. Sekarang banyak lho maskapai menawarkan tiket murah ke provinsi manapun termasuk ke Sumbar, namun soal safety, ya ada harga ada mutu. Hahaha…
Di Kota Padang Kawan akan disambut oleh Bandara International Minang yang sederhana namun rapih dan cantik. Jalan-jalanlah dulu di kota ini dan coba singgah ke Restoran Tanpa Nama atau Martabak Kubang Hayuda. Martabak Kubang Hayuda di Ulak Karang ini adalah tempat hangout nya warga Padang apalagi kalau malam minggu restoran ini akan penuh dan sibuk. Sambil menunggu, Kawan dapat melihat aksi para koki menyiapkan martabak dan roti cane yang dilempar, berterbangan di langit-langit, lalu dibanting lagi diatas penggorengan.
Selama di Padang, selain ke pantai kota dan mencicipi sate padang, Kawan dapat juga mampir ke Teluk Bayur atau ke dua situs yang berkaitan dengan dua tokoh legenda Indonesia yang paling mahsyur, yakni Jembatan Siti Nurbaya dan kalau mau agak jauh sedikit, Patung Malin Kundang di Pantai Air Manis. Di Bukit dekat Jembatan itu dulu dimakamkan kedua sejoli, Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri yang romantika cintanya jauh lebih haru dan lebih tulus, dari roman Romeo Juliet. Kisah cinta yang jauh dari cium-ciuman, padahal belum muhrim, zina, apalagi divideokan, namun penuh dengan pengorbanan. Sedangkan di Pantai Air Manis Kawan akan segera menemukan bebatuan karang berserakan yang bila diperhatikan ternyata adalah sisa bangkai kapal laut pecah dan di tengah sana ada seonggok batu yang bila Kawan dekati, yak, itulah dia si anak durhaka Malin Kundang.
Sebelum Kawan sampai di Danau Singkarak, mampirlah di Nagari Kinari, sebuah desa yang masih tradisionil dimana sering dipentaskan tari-tarian adat dan pencak silat Minang yang belum lama ini dituangkan ke layar lebar lewat filem ‘Merantau’. Kemudian menepilah di danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba dan santaplah panganan ikan bilih yang sedap dengan bareh Solok nan lamak (beras Solok yang ueeennnakk...!!). Ikan sepanjang jari kelingking ini, atau (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau ini.
Selain Danau Singkarak, ada lagi danau yang lebih indah kiranya, Danau Maninjau namanya. Bila datang dari Bukit Tinggi, maka untuk menuju danau ini Kawan harus melewati kelok ampek puluah ampek (44), Jalanan sepanjang bukit yang memiliki tikungan-tikungan tajam yang curam sebanyak 44 buah. Selama penurunan ini nikmatilah pemandangan Maninjau yang cantik dari ketinggian dan makin menurun, makin dekat dan lekat. Puas-puasin deh menikmati keindahan danau yang luar biasa ini, kalau perlu menginap di guest houses yang sederhana agar sempat kita berenang. Kawan juga bisa mampir ke rumah kami di Gasang. Danau Maninjau juga merupakan habitat makhluk air tawar sedap lainnya, seperti rinuak, pensi, dan yang khas dan langka, ikan bada. Ikan bada, seperti halnya ikan bilih di Singkarak, hanya seukuran jari tangan, nikmat, dan hanya ditemukan di Danau Maninjau.



Buat para petualang kuliner Indonesia, khusus Masakan Padang, Bukit Tinggilah jantung hatinya. Setelah mampir di Ngarai Sianok, Benteng Fort de Kock, Lubang Japang (Lubang Jepang), Istana Bung Hatta, dan tentu saja Jam Gadang, silahkan bertempur di Nasi Kapau Uni Lis di Pasar Ateh, jangan lupa belanja cenderamata buat oleh-oleh, atau Katupek Etek Apuak di Pasar Lereng sambil menyeduh Teh Talua (Teh Telur). Dekat loket Panorama (sebuah taman untuk menikmati pemandang Ngarai Sianok di ketinggian Bukit Tinggi) ada yang disebut Pical Sikai dimana pical (pecel) dan lamang tapai dihidangkan. Di Ngarai Sianok sendiri, Kawan cobalah tes keperkasaan sambal Itiak Lado Ijo (Itik cabe hijau). Kalau buat makan malam yah cukup makan di salah satu Restoran Padang yang paling terkenal selain Sederhana dan Pagi Sore, yaitu Simpang Raya. Bila ingin meninggalkan Bukit Tinggi jangan lupa beli Keripik Sanjai yah, buat oleh-oleh.









Sekarang pilihlah Kawan, berniat ke pantai di pesisir Sumatera Barat seperti Pantai Sikuai atau Carocok, atau menyeberang ke Pulau Cubadak, atau malah ke Pulau Mentawai? Atau jangan-jangan Kawan ingin ke Danau Ateh Danau Bawah, dua buah danau kembar yang terpisah satu kilometer saja. Ehm..ke Lembah Harau sajalah ya. Harau bersama-sama Sianok merupakan ngarai, atau canyon, bahasa Melayu dalamnya. Lembah yang spektakuler ini juga menjabat sebagai salah satu wilayah konservasi alam dimana Bunga Raflesia juga tumbuh. Ada pula sebuah monumen peninggalan Belanda di kaki air terjun Sarasah Bunta yang indah dan asri, dimana tertera tanda tangan asisten residen Belanda di Lima Puluh Koto saat itu dan dua pejabat Indonesia, Tuanku Laras Datuk Kuning dan Datuk Kodoh yang membuka Lembah Harau sebagai taman wisata sejak 1926.
Balik ke Bukit Tinggi dan terus menuju Desa Pandai Sikek untuk melihat kerajinan tenun Minang yang cantik dan megah dimana seni menenun tradisional masih dipertahankan hingga hari ini. Yang wanita menenun, yang laki-laki mengukir kayu dan menghasilkan kerajinan ukir kayu yang luar biasa. Jangan melihat saja tapi yah, belilah juga. Sebelum meninggalkan Pandai Sikek, tak jauh dari situ jajanlah sebentar Bika Bakar Si Mariana yang sangat terkenal di Sumbar.


Selanjutnya kita menuju Istano Pagar Ruyuang, kediamannya raja-raja Minang zaman lawas. Di dalam Istana yang berupa Rumah Gadang besar ini, anda bisa lucu-lucuan berfoto dengan pakaian adat Minang bergaya selayaknya Anak Daro dan Marapulai (pengantin). Selanjutnya singgahlah Kawan di Sate Mak Syukur di Padang Panjang. Kawan akan belajar bagaimana menghabiskan kuah sate yang lezat menggiurkan tanpa menggunakan sendok. Dikokop? Bukan! Pokoknya datang saja dulu baru nanti tahu bagaimana caranya makan sate padang yang baik dan benar, sopan dan berseni.


Rute Bukit Tinggi - Padang dijamin bakal bikin Kawan berdecak kagum. Sungai deras berbatu di bawah, seribu kaki Bukit Barisan di atas dan tahu-tahu muncul jembatan rel kereta melintas di atas kepala, nongol seenaknya dari balik hutan perbukitan itu. Beristirahatlah sebentar di Lembah Anai, sebuah air terjun yang cuek nangkring begitu saja di tepi jalan. Air segar yang terjun bebas bergemuruh akan membuat kita relaks sebentar sambil meregang-regangkan otot-otot yang kaku oleh jauhnya perjalanan. Oya, jangan lupa mencoba jajanan khas disini yaitu gorengan sala lauak yang lagi panas-panasnya. Benar-benar memanjakan lidah deh.
Sesampai di Padang, selesai pulalah perjalanan panjang menjamah gemulai indah Ranah Minang. Memang belum semua destinasi wisata di Sumatera Barat telah aku tulis tapi paling tidak perjalanan ini mewakili untuk menunjukkan bahwa tidak salah Kementerian kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia menjadikan Sumbar sebagai salah satu tujuan pariwisata utama nasional selain Bali, Jogja, dan Bunaken. Sekarang Kawan boleh sesumbar telah menahlukan objek-objek wisata se-Sumbar, walau hanya lewat blog. Hehehe…

Jumat, 11 Juni 2010

Semoga Saja

Sejak ketahuan Mama aku mengambil uangnya tanpa permisi, atau istilah kasarnya, mencuri, aku berjanji untuk tak pernah meminta ini-itu kepada orangtuaku -kalau tidak mendesak- dan aku juga berjanji untuk tidak mencuri uang mereka. Ya, uang mereka, tapi aku tak janji dengan uang atau barang orang lain. Kawan, aku ini dulu bandit cilik. Badanku kecil tapi tanganku panjang. Mungkin itu ulah pergaulan. Aku berteman dengan dua bocah yang sebenarnya anak orang kaya, namun mereka punya hobi yang agak kurang populer, mencuri barang-barang remeh. Bersama mereka, kami membentuk gerombolan bromocorah dan Sam (bukan nama sebenarnya) adalah gembongnya.

Modus kami adalah berlagak layaknya anak ingusan yang lugu bak gadis desa, namun diam-diam menggerogoti bak hama padi. Di toko buku, kami dengan lihai menyelipkan komik di balik baju. Aku ingat hampir menamatkan seluruh seri komik Dragon Ball dengan komik-komik haram itu. Di swalayan, aku menyimpan susu kotak di kantong celana, chiki di balik kaos dalam, lollipop di kantong pulpen, dan es krim di balik celana dalam. Agak dingin memang, tapi kami kenyang dengan makan siang yang luar biasa itu. Bila ke mall, di departemen mainan, kami menyelipkan segala macam mainan kecil mulai dari kodok karet, mobil-mobilan, uler-uleran, sampai SPG-SPG an. Keesokan harinya di sekolah aku langsung menjelma menjadi Suneo, pamer mainan baru keteman-teman.

Walau uang jajan ku sangat sedikit aku selalu sejahtera. Gizi cukup dan mainan selalu up-date. Sindikat ini makin merajalela, apalagi bila melihat profil begundalnya yang masih tak terjangkau hukum. Maka kami berjaya paling tidak sampai kejadian itu yang membuat aku benar-benar kapok dan bertaubat nasuha.

Saat itu matahari lagi semangat-semangatnya manas-manasin bumi. Aku dan adikku yang kecil sedang dalam perjalanan menuju Graha Cijantung, sebuah mall baru di dekat komplek kopasus. Karena tak cukup uang untuk ongkos aku selalu berjalan bila main kemana-mana. Bahkan untuk ke Graha yang jauh berkilo-kilo, aku mengajak adikku jalan kaki. Setiba di mall adikku kelelahan dan ia minta dibelikan makanan dan minum. Tentu saja aku tak punya duit untuk memenuhi permintaannya maka aku putuskan untuk kembali mengutil di swalayan. Dia aku suruh tunggu di luar karena bila ikut bisa mengganggu ku bekerja.

Masuk swalayan, semua tampak normal kecuali security perempuan yang pandanganya lekat padaku. Ia tampak curiga, sedang apa anak gembel ini masuk-masuk sendiri? Mana orangtuanya? Mau belanja atau… Mungkin itu yang sedang dipikirkannya.

Insting kriminalku menyatakan ini tak aman tapi aku kadung sudah di dalam dan adikku sedang kelaparan di luar sana. Dia butuh tambahan energi atau aku harus menggendongnya pulang. Aku sembunyi di balik salah satu rak dan setelah pasti embak-embak tadi sudah beranjak dari tempatnya mengawas, akupun segera beraksi. Dengan sigap aku sambar susu kotak ukuran mini. Sekarang apa makanannya..ehm..cokelat! sumber karbo dan gula, bikin kenyang, bikin kuat lagi. Pilihanku jatuh pada coklat batangan berbungkus merah itu, pas disaku. Langsung saja ku sembunyikan dan beranjak dari situ.

Gawat! Security itu melihat aksiku. Dia sudah siap di kasir menunggu ku. Sebentar, apa dia benar-benar melihatku mengambil cokelat tadi? Sebaiknya dengan tenang aku tidak keluar lewat kasir, santai saja melenggang bagai orang yang tak jadi beli. Tepat baru keluar dari swalayan, entah dari arah mana security brengsek itu menyergap ku. Tanganku ditariknya. Kuat sekali embak ini. Wajahnya sih lumayan, tapi badannya padat berisi. Lengannya besar-besar. Pasti seret jodoh wanita ini. Adikku, melihatku diseret, berlari mengikutiku. Dia terus bertanya-tanya ada apa ini, kenapa aku digiring bak napi yang baru tertangkap lagi setelah baru berhasil kabur. Dan sialnya semua pengunjung sore itu melihatku seperti melihat maling ayam yang digiring hansip. Malu sekali. Mau ditaruh dimana mukaku, muka adikku, dan muka kedua orangtuaku?

Aku dan adikku dibawa ke sebuah pintu di salah satu sudut mall ini. Sudut yang tak menarik perhatian. Pintunya tersembunyi dan disana tertulis, “Dilarang Masuk Kecuali Petugas”. Kami memasuki sebuah ruang dengan cat serba putih, sepertinya ruang keamanan. Aku gugup sekali. Di dalam duduk seorang satpam yang tampaknya tak senang acara mengopi sorenya terusik oleh kami.

“Nih Pak, ada yang maling!” lapor embaknya seraya menggelar barang-barang bukti di atas meja; sekotak susu dan sebatang cokelat.

Satpam itu memperhatikan aku dengan seksama lalu ia membentak.

“KECIL-KECIL UDAH MALING!!”

Jantungku hampir copot dan adikku mulai menangis.

“ANAK SIAPA KAMU? MANA ORANGTUA MU?!! Bentaknya lagi.

Tangis adikku makin keras. Ia ketakutan sekali. Aku berusah tetap tenang namun sebenarnya aku juga sangat ketakutan, panik malah. Tangan kakiku bergetar semua. Aku diinterogasi oleh mereka dan tak satupun ku jawab. Ini tak adil. Aku tak didampingi pengacara dan tak diperbolehkan menelepon. Aku berhak untuk diam. Lelah teriak-teriak, akhirnya aku diberi pilihan-pilihan sulit sebagai hukuman: disetrum, ditelanjangi baru boleh pulang, atau diantarkan langsung ke rumah dan dikembalikan ke orangtua. Kau tahu Kawan, lebih baik rambutku berdiri karena anuku disetrum, atau pulang ke rumah jalan kaki, telanjang. Yang aku tak mau adalah melihat raut wajah ibuku saat mendengar anaknya tertangkap kering maling di mall, mall-nya Kopasus lagi. Aku tak ingin mengecewakan Mama lagi. Aku sudah berjanji, walau sulit ditepati seperti yang pernah ku katakan padamu kawan, tapi ini harus.

Pekak mendengar tangisan adikku dan tak ada satu katapun terucap olehku selama interogasi, akhirnya kami dibebaskan tanpa syarat. Aku bersyukur tak diteriaki orang gila karena telanjang di jalan dengan rambut jigrak habis kena setrum. Saat melepas kami si satpam meneriaki ku sekali lagi,” PULANG SANA ANAK GEMBEL! AWAS KALAU SAYA NGELIHAT KAMU DI SINI LAGI! KU SERAHKAN KAU KE POLISI !!”

Yah sejak itu hingga sekarang dan semoga sampai selamanya aku tak pernah lagi makan uang haram. Aku berjanji untuk tak pernah lagi mencuri, merampok, mencopet, menjambret, menculik, mencoret-coret tembok rumah orang, atau apapun yang berbau kriminal. Bahkan kalaupun aku jadi pejabat aku tak akan korupsi. Semoga saja.